My Story
Sebenarnya hidupku berjalan seperti biasa selama ini. Aku pergi ke sekolah tiap hari. Kemudian pulang sekolah, Andrew pacarku, selalu menemaniku sampai sore. Banyak yang bisa kami lakukan. Main video game, membaca komik, membuat PR atau hanya sekedar ngobrol. Pada malam hari, kami sekeluarga berkumpul bersama. Setelah makan malam, biasanya kami nonton tv dan saling bertukar cerita tentang kegiatan kami seharian. Pokoknya aku cukup bahagia dengan keadaan keluargaku saat itu.
Namun semuanya menjadi berubah sejak aku mengenal narkoba. Aku tak tahu apakah ini perubahan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Terus terang aku sangat menikmati gaya hidupku yang baru ini. Aku jadi lebih bahagia, lebih ceria, dan lebih bersemangat. Aku jadi menemukan diriku yang baru. Diriku yang sama sekali berbeda. Tidak ada lagi Tina yang pendiam dan pemalu. Yang ada sekarang adalah Tina yang ceria dan memiliki banyak teman.
Semua ini berawal dari rasa kesepianku di rumah waktu selesai ujian nasional. Tidak biasanya aku kesepian seperti ini. Aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan. Bangun pagi menganggur. Siang juga menganggur. Tidak ada yang menemaniku.
Orang tuaku baru pulang malam hari. Andrew dan keluarganya masih di Jakarta berlibur sekaligus mengurus kepindahan Andrew ke Amerika. Teman-temanku pada menghilang semua. Ada yang ke luar kota, ada yang pergi sama pacarnya. Pokoknya menyebalkan sekali. Dulu waktu aku dan kakakku masih kecil, mamaku jarang sekali keluar. Tapi sejak aku lulus SD, mamaku mulai aktif dalam suatu organisasi kerohanian. Lama kelamaan, mamaku makin aktif dan terpilih sebagai pengurus organisasi tersebut. Saat ini tidak hanya satu organisasi yang diurusnya, melainkan berkembang menjadi tiga! Saking repotnya, kadang-kadang mamaku sampai menginap di kantor organisasinya.
Aku biasanya bisa maklum dengan kegiatannya yang bejibun seperti itu. Tapi saat ini aku lagi sebal sendirian di rumah. Masak aku harus diam di rumah saja melewati hari-hari liburanku ini. Apalagi setelah Andrew memberi kabar kalau visanya diterima kedutaan Amerika. Serasa dunia ini mau kiamat! Aku akan berpisah dengan Andrew minimal selama dua setengah tahun. Itupun kalau selepas high school dia balik ke Indonesia. Kalau meneruskan kuliah di universitas sana, yaah...
Saat aku kesepian dan suntuk, aku bertemu Ling sahabat lamaku. Mama Ling adalah sahabat baik mamaku. Itu sebabnya sejak kecil aku sudah berteman dengannya meski kami beda usia. Ling lebih tua setahun dariku. Iseng-iseng aku menelponnya dan kami ngobrol berjam-jam. Lalu Ling mengajakku untuk menginap di rumahnya. Aku sih setuju saja. Kupikir tak ada tawaran lain yang lebih menyenangkan saat ini. Maka Ling kuundang datang ke rumahku saat makan malam.
Saat makan malam bersama itulah aku mengutarakan keinginanku untuk menginap di rumah Ling sampai mulai masuk sekolah. Semula orang tuaku tidak setuju aku menginap selama itu. Tapi mereka tak berkutik setelah mendengar protesku bahwa aku kesepian di rumah sepanjang hari. Akhirnya mereka mengabulkan keinginanku tapi dengan syarat bahwa hari Minggu aku harus pulang ke rumah.
Aku segera mengemasi pakaian dan keperluanku dibantu oleh Ling. Ling berbisik menyuruhku untuk membawa beberapa pakaian yang bagus untuk dugem. Wah, Ling mau mengajakku dugem! Aku belum pernah dugem sebelumnya. Sebab orang tuaku tak akan mengijinkan aku pulang lebih dari pukul sepuluh malam. Aku jadi tambah panik menanyakan baju yang bagaimana yang pantas dikenakan. Lalu Ling memberi beberapa saran yang segera kupatuhi. Segera kumasukkan semua pakaian ke dalam koperku beserta peralatan kosmetikku.
Mama dan papaku memberiku uang saku cukup banyak untuk menginap sebulan di rumah Ling. Mereka memberi kami nasehat agar hati-hati menjaga kesehatan dan jangan pulang terlalu malam. Setelah berpamitan, kami segera berangkat menuju rumah Ling.
Rumah Ling terasa sangat sepi. Rumah yang cukup besar ini hanya ditempati Ling dan dua orang pembantu. Orang tua dan adik-adik Ling masih di kota asalnya. Perlahan-lahan mereka akan pindah ke Surabaya. Dimulai dengan kepindahan Ling setelah lulus SD, setelah itu baru akan disusul oleh adik-adiknya. Pada awalnya orang tua Ling sering sekali datang ke Surabaya untuk menengok Ling. Namun lama kelamaan semakin jarang frekuensinya. Saat ini orang tua Ling hanya datang sebulan sekali atau pada saat adik-adik Ling liburan sekolah. Aku tak bisa membayangkan bagaimana kesepiannya Ling sendirian di sini.
Malam itu kami hanya saling curhat untuk memuaskan rasa kesepian kami selama ini. Aku sangat percaya pada Ling. Aku merasa aman membicarakan segala rahasiaku padanya. Kami ngobrol panjang lebar tentang semua hal. Termasuk tentang perilaku seksku dengan Andrew yang agak kelewatan. Ling sampai terkejut dan tak bisa bicara apa-apa mendengar semuanya. Seakan tidak percaya aku yang selalu alim dan pendiam di sekolah bisa seliar itu dengan Andrew. Aku malu sekali saat Ling mentertawakan aku habis-habisan. Berkali-kali dia mengatakan bahwa dia tidak bisa percaya aku melakukannya.
Akhirnya setelah puas mentertawakan aku, Ling juga membuka sebuah rahasia yang tidak kalah mengagetkan. Ling adalah pengguna narkoba! Hampir semua jenis narkoba pernah dicoba. Aku melongo mendengar cerita yang mengalir begitu saja dari mulutnya. Aku kaget sekali! Aku bergidik ngeri mendengar ceritanya saat dia sakauw. Bahkan Ling pernah sakauw di kamar mandi sekolah. Untung Ling bisa mengendalikan diri dan perlahan-lahan mulai mengurangi dosisnya. Sekarang Ling sudah berhenti total menggunakan SS.
Yang mengenalkan Ling pada narkoba adalah teman se'geng'nya di sekolah. Memang sekolah Ling saat ini adalah sekolah yang terkenal borjuis. Tempat sekolah anak-anak orang kaya namun kurang berminat dalam pelajaran. Datang ke sekolah dengan mobil mewah, pulang langsung ke Mall, dan malamnya dugem. Apalagi gedung SMP dan SMUnya berdekatan dalam satu blok, sehingga banyak anak SMP yang dirusak oleh anak SMU. Kupikir Ling ini adalah salah satu korbannya.
Ling mengaku, saat ini dia sudah berhenti menggunakan yang lain kecuali ekstasi atau yang biasa disebut inex. Soalnya inex paling aman karena tidak membuat penggunanya ketagihan dan efeknya paling ringan dari semua jenis narkoba. Ling berkata, pokoknya aku harus mencoba. Sebab di dunia ini tidak ada yang bisa mengalahkan kenikmatannya. Aku menasehatinya agar berhati-hati menggunakan narkoba. Kalau bisa berhentilah menggunakannya. Sebab seringan-ringannya narkoba, pasti memberi pengaruh buruk pada tubuh. Malam itu memang aku menasehatinya agar menjauhi narkoba. Malam berikutnya setelah aku dikenalkan dengan inex, gantian aku yang ketagihan.
Masih segar dalam ingatanku, saat itu malam minggu ketika kami berdua ke KW diskotik bersama dua teman cowoq Ling. Namanya Sandy dan Martin. Rasanya Sandy dan Ling saling menyukai. Buktinya Ling duduk di sebelah Sandy, sedangkan aku disuruh duduk di belakang bersama Martin. Aku tak tahu dari mana Ling mengenal mereka. Yang jelas, mereka jauh lebih tua dari kami berdua. Sandy berumur 24 tahun sedangkan Martin berumur 25 tahun. Sandy bertubuh kurus dan tingginya sekitar 170cm. Rambutnya yang hi-light merah diset kaku berdiri. Orangnya ramah dan suka bergurau. Martin lebih tinggi sedikit dari Sandy. Badannya kekar dan wajahnya keras. Kalau belum kenal dia sering diam saja. Tapi kalau sudah kenal, wah... lucu sekali. Lebih ramai daripada Sandy! Dia suka membuat lelucon dan kalau tertawa keras sekali. Pokoknya mereka berdua sangat mengasyikan sebagai teman.
Ketika sampai di tujuan, aku tidak bisa menutupi rasa kagumku. Mulai dari area parkir, aku melihat begitu panjang antrean mobil membeli karcis parkir. Begitu hebatnya daya tarik tempat ini? Aku belum pernah dugem sama sekali sebelumnya. Bila ada orang tanya padaku bagaimana kesannya? Waaah luar biasa! Sangat luar biasa! Aku sampai melongo takjup melihat suasana yang sama sekali asing bagiku. Aku melihat banyak cowoq dan ceweq keren, berpakaian trendi, berdandan modis dan seksi, mengendarai mobil-mobil mewah. Mereka menggunakan segala macam pakaian, aksesoris dan model rambut yang sedang ngetren saat ini. Cool banget! Mengingatkan aku pada para pemain serial Meteor Garden. Aku jadi menyesal tidak menggunakan pakaianku yang paling canggih. Tak henti-hentinya aku melihat dandananku sendiri. Apakah sudah setara dengan mereka?
Dulu aku pikir pengunjung diskotik atau club adalah orang-orang yang sudah dewasa. Tapi saat ini kulihat jauh lebih banyak generasi mudanya daripada orang dewasanya. Aku hanya beberapa kali melihat orang yang bertampang om-om atau tante-tante di sana.
Masuk ke dalam aku lebih kaget lagi. Aku tak bisa melihat apa-apa. Semuanya gelap! Hanya lampu disko yang berkilauan sedikit demi sedikit memperjelas pandanganku. Aku hanya mengikuti Martin yang menggandeng tanganku. Setelah mataku terbiasa dengan kegelapan, aku mulai dapat melihat sekelilingku meskipun remang-remang. Saat itu mendekati pukul 23.00. Pengunjung mulai memadati KW diskotik. Aku bingung kita mau duduk di mana. Ternyata kami menuju ke VIP room.
Rupanya nama Martin dan Sandy sudah cukup dikenal di sana. Begitu kami masuk, kulihat beberapa pegawai berjas menyapa dan menyalami mereka dengan akrab. Kami langsung diantar ke VIP yang telah dipesan. Menurut Ling, Martin dan Sandy adalah member yang sangat istimewa. Mereka sudah terlalu banyak menghabiskan uang di KW. Oleh karena itu, para manajer dan pegawai di sana begitu hormat pada mereka.
Di dalam VIP room sudah menunggu teman-teman Ling yang lain. Kuperkirakan ada lima belas orang di dalam. Dalam sekejap kami terseret dalam keramaian. Bising sekali suara lagu house music ditambah suara teman-teman Ling yang saling bergurau dan tertawa. Aku dikenalkan satu persatu dengan mereka, namun aku tidak bisa mendengar nama-nama mereka dengan jelas.
Aku diam saja di sofa melihat tingkah polah teman Ling yang tampak begitu gembira. Mereka bergoyang mengikuti dentuman bass lagu house music sambil merokok dan minum minuman keras. Ada yang menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ada yang berlenggak lenggok seperti penari India. Bahkan ada yang melompat-lompat terus sambil berteriak bagaikan penyanyi rock. Gerakan mereka tampak tidak wajar dan terlalu berlebihan. Aku pikir apa mereka tidak lelah bergerak seperti itu?
Lampu dalam VIP room yang diredupkan membuat aku tak dapat melihat sekeliling dengan jelas. Tiba-tiba Ling mendekat dan duduk di sebelahku. Dia memberi sesuatu dalam genggamanku sambil berkata menenangkan aku kalau `ini' tidak berbahaya dan akan membuatku senang. Pokoknya aku harus menelannya. Sebuah kalimat dari Ling yang masih kuingat adalah, "Kamu harus percaya padaku" Lalu Ling meninggalkan aku dan bergabung dengan teman-temannya untuk bergembira bersama.
Aku bingung dan ragu menggenggam setengah butir pil ajaib ini. Berbagai pikiran dan pertanyaan melintas dalam benakku. Aku pernah dengar tentang inex. Obat doping untuk triping, atau yang di Surabaya disebut nggedek. Amankah? Kalau aku sampai ketagihan gimana? Adakah efeknya yang merugikan tubuh? Aku belum pernah menggunakan narkoba jenis apapun! Masak aku harus merusak diri? Namun Ling mengatakan kalau ini aman-aman saja? Bagaimana ini?
Di saat aku bimbang memegang benda merah muda setengah lingkaran di tanganku, Martin mendekat dan duduk di sebelahku. Martin memberiku advise kalau aku tidak mau tidak usah ditelan. Namun dia menyarankan sebaiknya dicoba, soalnya inex tidak akan membuat penggunanya ketagihan. Apalagi dengan dosis serendah itu tidak akan menimbulkan efek yang merugikan. Martin terus menenangkan diriku dengan menjelaskan bahwa inex tidak berbahaya.
Akhirnya aku memutuskan untuk meminumnya. Dalam pikiranku, kalau aku mengalami sesuatu yang merugikan, aku tidak akan ikut Ling dugem lagi. Aku pasti kapok dan menjauhinya. Entah itu keputusanku yang benar atau salah. Yang jelas, efek yang ditimbulkan sungguh luar biasa! Aku sendiri sampai kagum dengan kehebatannya. Awalnya aku hanya duduk diam menunggu diriku on selama setengah jam. Beberapa kali teman-teman Ling mengajak aku bangkit dan berdisko bersama mereka. Aku cuma tersenyum dan menggelengkan kepala. Aku sudah cukup senang melihat mereka bergembira bersama.
Perlahan-lahan tanpa kusadari, inex yang kutelan mulai mempengaruhi tubuhku. Pertama kali hanya kepalaku yang bergoyang-goyang mengikuti irama lagu house music. Goyangannya masih samar-samar sehingga aku tidak menyadari kalau itu sudah mulai on. Lalu secara tak sadar badanku mulai ikut bergoyang kekiri dan kekanan. Lagu-lagu yang diputar terasa makin asyik diikuti. Yang terakhir kakiku melonjak-lonjak sendiri. Semua anggota tubuhku bergoyang tanpa kuperintah. Aku jadi tidak bisa duduk dengan tenang. Aku pernah membaca tentang ekstasi dan efek yang ditumbulkannya di majalah dan surat kabar. Aku jadi agak penasaran ingin membuktikan sendiri.
Aku berdiri dari dudukku. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam benakku. Inikah rasanya? tanyaku dalam hati. Badanku bergetar hebat! Aku hampir tak bisa menahan keinginanku untuk menggoyangkan anggota tubuhku! Lalu sambil bergetar aku berjalan menuju Ling dan teman-temannya. Terlihat mereka semua tampak gembira dan bahagia sekali. Mereka tertawa lepas dan saling mengadu kehebatan gaya disko mereka. Mendadak aku merasa hatiku turut senang melihat kegembiraan teman-teman yang lain. Sangaaat senang!
Saat aku berjalan, angin dari blower AC menerpa diriku. Membuat aku makin merasa bersemangat. Tak sadar aku pun ikut bergoyang. Goyanganku sungguh beda dengan biasanya. Aku jadi pingin menggerakkan kepala, tangan, badan dan kaki bersamaan! Aneh sekali! kalau kucoba kuhentikan, malah tidak bisa. Telapak tanganku terasa dingin sekali sampai kaku semua. Ling memberiku permen karet untuk mencegah rahangku mengerat. Aku baru sadar kalau gigiku mengatup rapat sampai rahangku terasa sakit.
Aku ditarik Ling menuju ke tengah teman-temannya. Kurasakan tangan Ling juga dingin sekali! Mereka tertawa dan menyemangati aku agar aku bergoyang. Aku tidak merasa malu sedikit pun meski aku baru mengenal mereka. Aku yang biasanya pemalu ini berubah seratus delapan puluh derajat! Aku merasa jadi superstar malam itu. Aku jadi bisa menari hingga membuat orang kagum atas diriku. Semakin keras goyanganku, semakin keras aplaus mereka. Tidak ada yang mampu menghentikan gerakanku. Badanku terasa gerah meskipun aku berada tepat di depan AC. Sedangkan mulutku terasa sangat kering sampai beberapa kali aku menghabiskan satu botol air mineral sekaligus. Aku goyang seperti orang kesurupan selama empat jam tanpa berhenti. Dan sama sekali tidak merasa lelah!
Martin mengajakku bergoyang bersama. Seharusnya aku menolak karena risih dipeluk oleh orang yang bukan pacarku. Namun malam itu aku merasa Martin adalah pasanganku. Martin memelukku dari belakang dengan kedua tangannya yang kokoh. Aku menggoyangkan kepalaku ke kiri dan ke kanan seperti angin puyuh. Tubuh ini rasanya ringan sekali. Disuruh diam tidak bisa. Lagu house music yang biasanya menemaniku aerobic terdengar jadi luar biasa enak di telinga. Membuat aku ingin terus bergoyang mengikuti iramanya.
Ling dan Sandy menghampiriku dan menanyakan perasaanku. "Enak?" tanyanya. Kujawab dengan mantap, "Enak Ling! Awas kalau kamu kesini nggak ngajak aku lagi!" Ling dan Martin mentertawakan aku habis-habisan. Aku juga ikut tertawa. Rasanya bahagia banget malam itu. Aku merasa perasaan suntukku hilang semua larut dalam kegembiraan bersama teman-teman baru. Martin melingkarkan lengannya di bahuku dan bahu Ling. Sandy berbuat hal yang sama. Kami membentuk lingkaran kemudian berputar sambil melompat-lompat. Senang sekali rasanya.
Sayangnya kalau kita merasa senang, waktu akan berjalan demikian cepatnya. Tak terasa sudah pukul 5 pagi. Aku melihat ke bawah dari balkon, pengunjung di hall sudah habis. Pengaruh inex pada kami semua juga mulai berkurang. Hanya beberapa orang termasuk aku dan Martin yang masih menggoyang-goyangkan kepala perlahan mengikuti irama music. Aku mulai merasa lemas. Dinginnya AC kembali terasa menusuk.
Ketika aku sudah benar-benar drop, Sandy menyalakan lampu VIP dan mengatakan kalau pesta sudah bubar. Semua orang bertepuk tangan seakan sadar kalau sudah saatnya pulang. Aku merasa geli juga melihat mereka berebutan menggunakan kamar mandi membetulkan pakaian maupun dandanan. Terutama para ceweqnya. Aku hanya bisa menebak dalam hati apa saja yang telah mereka lakukan dengan pasangannya masing-masing. Soalnya kulihat pakaian mereka acak-acakan semua. Bahkan beberapa dari mereka masih berciuman ketika lampunya dinyalakan.
Lalu tak disangka, mereka berebut menyalami aku dan menanyakan perasaanku setelah pertama kali triping. Ops... Rupanya mereka tahu kalau aku pendatang baru. Meskipun agak malu, aku berusaha bersikap ramah pada mereka karena mereka adalah teman-teman Ling. Aku katakan bahwa aku sangat suka dan ingin ikut pesta lagi lain kali. Mereka tertawa-tawa mendengar jawabanku yang begitu jujur dan terus terang.
Teman-teman Ling sungguh menyenangkan. Meski umur mereka berkisar 24-25 tahun, namun mereka tidak membosankan. Aku pikir orang umur segitu akan mulai tampil serius dan menjemukan. Namun nyatanya mereka tidak seperti itu. Mereka suka bergurau dan melucu. Antar teman masih suka meledek dan saling mentertawakan. Tingkah laku mereka saat dugem seperti masih mahasiswa saja.
Selesai membereskan tagihan, kami saling berpamitan pulang. Martin dan Sandy mengantar kami ke rumah Ling. Kali ini aku dan Ling duduk di bangku belakang. Aku baru merasa kalau tubuhku lemas. Rasanya ingin tiduran di tempat tidur. Kulihat dari jendela mobil hari mulai terang. Sudah pukul 5.30 ketika kami meninggalkan diskotik.
Selama perjalanan pulang hatiku campur aduk memikirkan diriku sendiri. Sungguh suatu ironi saat berpapasan dengan serombongan orang sedang joging di hari minggu pagi yang indah ini. Berpapasan dengan penjual sayur yang siap berkeliling menawarkan dagangannya. Berpapasan dengan orang-orang yang hendak beribadah ke gereja. Bandingkan dengan diriku yang jadi pengguna narkoba. Bersenang-senang hingga pagi hari. Berdandan seronok dan berpelukan mesra dengan cowoq yang bukan pacarku. Dikelilingi asap rokok dan gelas berisi minuman keras. Sungguh tragis! Aku agak menyesali keadaanku sekarang.
Namun penyesalan itu hanya datang sesaat saja. Detik berikutnya ketika Martin dan Sandy menceritakan tentang berbagai jenis inex dan efeknya, variasi cara meminumnya dan tempat-tempat yang asyik, aku jadi tergoda lagi. Aku antusias bertanya pada mereka tentang segala hal. Martin dan Sandy kelihatan senang akan rasa ketertarikanku dan berjanji akan mengajakku lagi. Menurut mereka, aku terlihat sangat gembira dan begitu antusias. Sehingga tidak rugi mereka menghabiskan banyak uang untukku.
Aku baru tahu kalau mereka punya kebiasaan tidak membebankan biaya apapun pada ceweq yang ikut pesta mereka. Bahkan mereka sesumbar pada Ling dan pada ceweq-ceweq lain kalau punya teman ceweq yang suka triping silahkan dibawa sebanyak apapun mereka. Pokoknya hanya ceweq. Tidak boleh membawa teman cowoq. Edan, pikirku! Emang dasar mata keranjang semua!
Mereka cowoq bertujuh memang suka bersenang-senang di diskotik. Minimal seminggu sekali menyewa VIP room. Kalau tidak minum ya triping sampai pagi. Persahabatan mereka juga sangat erat sebab mereka adalah teman sejak SD. Dari mereka bertujuh hanya dua orang yang sudah punya pacar sungguhan. Lainnya masih single.
Mereka bergantian membayar. Namun yang paling sering membayar adalah Martin dan Sandy. Dari kelakuan mereka bisa tampak siapa yang sering jadi bosnya. Martin adalah seorang pengusaha muda yang cukup berhasil. Di usianya yang baru 25 tahun dia sudah memiliki rumah dan mobil sendiri. Sedangkan Sandy adalah anak orang kaya. Papanya memiliki beberapa perusahaan yang cukup untuk membiayai Sandy dan adik-adiknya sampai tua. Selain Sandy dan Martin, lainnya hanya pegawai swasta dan mahasiswa.
Sampai di rumah Ling, aku tidak bisa tidur meski badanku terasa lemas. Aku masih merasa kedinginan. Aku lihat Ling dengan santainya berganti pakaian, mencuci muka, sikat gigi dan membuat dua gelas susu. Ling menyuruhku untuk minum susu untuk menghilangkan pengaruh inex. Sehabis minum segelas susu panas badanku jadi terasa lebih enak. Namun aku masih tak bisa tidur sampai jam tujuh pagi.
Baru tidur dua jam, kira-kira jam sembilan aku sudah terjaga. Mataku terbuka lebar seperti habis tidur dua belas jam. Kulihat Ling juga sudah bangun. Ling memberiku air kelapa muda. Aku menurut saja apa yang Ling berikan padaku. Aku merasa badanku lemas ingin tidur, namun mataku tetap terbuka lebar. Aku juga tidak merasa lapar. Biasanya jam setengah tujuh pagi aku sarapan. Sekarang sudah jam sepuluh tapi belum terasa lapar sedikit pun. Akhirnya tengah hari kupaksa makan meskipun sedikit. Aku baru tahu kalau sehabis menelan inex, jadi sulit tidur dan tidak mudah lapar. Ditambah satu lagi, panas dalam! Bibirku pecah-pecah dan tanggorokanku kering. Aku langsung minum obat panas dalam dan minum air putih sebanyak-banyaknya.
Selama seharian aku dan Ling yang sama-sama kurang tidur membahas tentang inex, dunia malam dan perilaku kelompok Ling. Aku baru tahu kalau inex itu sebenarnya obat diet. Dapat mengurangi napsu makan namun penggunanya tidak akan merasa lelah. Jadi memberi efek semacam doping. Tetapi bila dikonsumsi melebihi dosisnya bisa menimbulkan rasa senang dan gairah yang berlebihan. Selama inex masih berpengaruh, kita bisa terus triping tanpa lelah meskipun sebenarnya sudah melampaui batas kemampuan tubuh kita. Saat pengaruh obat itu hilang, kita baru merasakan kelelahan yang luar biasa!
Sebagai perbandingan, aku aerobic satu jam saja sudah cukup lelah. Bila diberi setengah tablet inex, aku bisa bergoyang selama kurang lebih empat jam tanpa henti. Itu berarti aku melampaui batas kemampuanku sendiri tiga kali lipat. Ling pernah bercerita bahwa temannya pernah over dosis akibat seminggu berturut-turut triping dengan dosis maksimum! Untung nyawanya bisa diselamatkan. Benar-benar edan!
Pergaulan Ling dengan teman-temannya cenderung agak bebas. Mereka biasa berganti-ganti pacar sesuka mereka. Sandy adalah pacar Ling saat dugem. Di luar jam dugem, Ling berhak pacaran dengan cowoq lain. Begitu juga Sandy. Hal seperti itu sudah biasa dalam kelompok dugem mereka. Tidak ada ikatan maupun hubungan serius selama di tempat dugem. Dalam diskotik Ling dan Sandy bisa berpelukan, berciuman dan bahkan `making love' kalau mau. Menurut Ling, mereka pernah ML di VIP room K diskotik. Di sana VIP roomnya lebih mewah dan disediakan bathup untuk mandi.
Aku bertanya pada Ling, apakah tidak menyesal setelah itu. Lalu Ling bercerita sambil tersenyum malu. Setelah ML, semalaman Ling memang menangis sampai matanya sembab dan suaranya habis. Namun besoknya saat Sandy datang menghibur, merayunya habis-habisan, dan akhirnya mengajak bersetubuh lagi dengan gaya yang berbeda-beda, penyesalan itu mendadak hilang dengan sendirinya. Sejak saat itu, Sandy menjadi partner ML tetap Ling. Apalagi menurut Ling, dia adalah ceweq yang hyper dan mudah terangsang. Kalau lagi kepingin, dia akan menelpon Sandy agar menginap di rumahnya. Kini dia sudah tidak ambil pusing dengan keperawanannya. Aku tertawa mendengar gaya ceritanya yang santai. Ling berkata padaku agar aku tidak meniru jejaknya dan mempertahankan keperawananku selama aku belum dewasa.
Aku agak trenyuh melihat sahabatku ini. Di usianya yang masih semuda ini dia sudah kehilangan keperawanannya dan menjadi pengguna narkoba. Sekarang sudah lumayan hanya satu jenis yang digunakan. Dari ceritanya dia telah menggunakan SS, ptw, BS dan lainnya sejak kelas dua SMP!
Malam itu penyesalan dan keprihatinan boleh datang. Malam-malam berikutnya kami jadi semakin liar. Aku sudah tidak ambil pusing dengan segala efek samping yang diakibatkan. Aku berangkat seminggu empat kali. Sabtu berangkat, minggu berangkat lagi, lalu selasa, lalu jumat, sabtu lagi dan seterusnya. Aku menaikkan dosis inex menjadi satu tablet.
Aku dan Martin juga semakin liar. Aku sudah lupa dengan Andrew yang masih sibuk berkutat di Jakarta mengurus kepindahannya ke Amerika. Suatu malam kami berempat merencanakan untuk triping di rumah Sandy. Sandy memiliki ruang kedap suara yang didesign mirip VIP room di basement rumahnya. Lengkap dengan mini bar dan meja bilyard. Aku takjub saat melihat sendiri kemewahan `VIP room'nya. Wah, Sandy benar-benar anak orang kaya pikirku.
Ini pertama kali aku diajak triping bukan di diskotik. Kami mulai sejak pukul delapan malam. Setelah makan malam, kami berkaraoke sejenak sambil minum-minum. Aku sudah mulai bisa minum minuman keras. Padahal dulu aku mencium baunya saja sudah tidak tahan. Tapi sejak aku mengenal dugem, aku mulai bisa minum meski tidak sekuat Ling. Terus terang saja, dibanding mabuk, aku lebih suka triping. Kalau mabuk akibatnya pusing dan besoknya lupa kesenangan apa yang kita alami. Kalau triping, pulangnya aku akan membawa kesenangan yang jauh lebih mengasyikan.
Aku sudah tidak tahan ingin segera triping. Aku paksa mereka mulai sekarang. Awalnya mereka keberatan karena masih terlalu pagi. Namun melihat aku mulai cemberut dan diam saja, mereka menuruti aku. Aku memang anggota baru yang paling disayang oleh mereka. Keinginanku biasanya selalu dituruti. Karena malam masih sangat panjang, maka aku minum satu dulu. Setelah lewat tengah malam baru aku tambah lagi setengah.
Sebagai pemanasan menunggu on, aku bermesraan dengan Martin sambil berdansa pelan. Malam ini Martin terlihat romantis sekali. Berkali-kali dia memuji kecantikanku dan kebaikanku. Kubiarkan Martin bermanja-manja padaku. Kusuapi dengan buah-buahan, kutuangkan minuman, kunyalakan rokoknya. Bahkan kubiarkan dia meraba-raba tubuhku.
Martin memulainya dengan memelukku dari belakang dan mengelus-elus bagian dalam pahaku. Rasanya geli sekali! Kemudian dia meraba perut dan dadaku. Aku memang sengaja diam saja. Martin tampak seperti menikmati setiap inci permukaan kulitku yang disentuhnya. Aku diperlakukan dengan sangat lembut. Dia tidak meremas-remas payudaraku seperti yang sering dilakukan Andrew kalau sedang gemas. Dia hanya menyentuh dan mengelus buah dadaku dengan perlahan. Aku memejamkan mata menikmati belaian tangannya. Begitu panas membara.
Rupanya aku dan Martin terlalu banyak minum minuman beralkohol. Aku merasa wajahku panas dan kepalaku agak pusing. Lalu kami berciuman lamaaa... sekali sampai aku jadi terangsang. Aku sudah lama tidak orgasme. Keromatisan dan kelembutan Martin saat itu membuat diriku terlena.
Ketika Martin minta aku membuka pakaianku, entah kenapa, aku menurutinya. Aku begitu ingin membahagiakan dirinya dengan menuruti permintaanya. Aku membuka atasanku dan kukalungkan di lehernya. Lalu aku duduk di pangkuannya. Kuperlihatkan dadaku yang terbungkus bra coklat muda tepat di depan wajahnya. Martin menatap kedua payudaraku dan menciumnya sekilas. Aku tergelitik untuk menggodanya lebih lanjut. Kuturunkan celana jeansku perlahan-lahan sambil menggoyangkan pinggulku. Martin ternganga melihat pinggulku yang terbungkus triumph mini coklat transparan bergoyang goyang di hadapannya. Aku berputar membelakanginya lalu nungging. Kugerakkan perlahan pantatku ke kiri dan ke kanan tepat di depan wajahnya. Martin memegang pantatku dan menciumnya bergantian.
Sandy bertepuk tangan dari seberang ruangan dan menantang agar Ling turut membuka pakaiannya. Ling tidak mau kalah, dia membuka baju dan celananya sekaligus lalu duduk di pangkuan Sandy. Wah, pasti akan terjadi peperangan dashyat! Aku sudah sering melihat kelakuan liar mereka berdua saat on berat. Maka aku mengajak Martin ke kamar mandi agar kami bisa lebih leluasa.
Dalam kamar mandi itu, kami berciuman dengan hangat. Martin memelukku dan tangannya melepas kait braku. Aku agak malu dan menahan agar braku tidak melorot. Tapi Martin tidak menyerah. Dengan nakalnya dia malah menurunkan celana dalamku sampai bawah. Aku ingin menahan dengan tanganku tapi kalah cepat. Aku memukul bahunya dengan gemas lalu tertawa. Aku tidak merasa malu. Aku malah penasaran ingin tahu reaksi Martin ketika melihatku telanjang. Martin memandangi tubuhku dengan takjub. Ini pertama kali dia melihat seluruh tubuhku tanpa pakaian sehelai pun. Aku jadi semakin berani dan liar dipandangi seperti itu. Kubuka T-shirt Martin dan kuraba tubuhnya yang kekar. Kuelus wajahnya dan kucium mulutnya dengan ganas.
Martin membalas ciumanku sambil memegang buah dadaku. Telapak tangannya sedingin es. Rupanya dia mulai on. Aku merasa putingku geli sekali. Kubiarkan dia menjilati putingku sambil meremas-remas buah dadaku. Martin sungguh berpengalaman! Entah apa ini karena pengaruh inex ataukah memang Martin yang hebat. Dia bisa menimbulkan sensasi yang luar biasa hanya dengan merangsang buah dadaku. Apalagi ketika tangannya turun melewati perutku dan mengelus bulu kemaluanku. Rasanya tubuhku bergetar hebat. Aku jadi lupa diri. Kurasakan jemarinya yang besar itu mulai meraba daerah klitorisku dan membelah bibir vaginaku.
Tanpa terduga, Martin membisiki aku, "Kata Ling kamu masih perawan ya?" Aku terkejut mendengar perkataannya dan secara reflex menjauhinya. Lalu Martin tertawa dan menggoda agar aku tidak kuatir. Martin menceritakan kalau Ling sudah memperingati semua cowoq di kelompok ini agar jangan sampai ada yang berani menodai diriku. Bila sampai terjadi, Ling akan mengajakku meninggalkan kelompok ini. Martin mengatakan padaku bahwa dirinya juga tidak tega untuk memperdaya seorang ceweq semuda aku. Dia mengaku hanya ML pada ceweq yang memang benar-benar ingin. Bukan pada ceweq yang terbawa suasana gembira seperti aku.
Aku jadi agak lega mendengar perkataan Martin yang terkesan `bijaksana' itu. Memang aku masih sangat muda dibandingkan dirinya. Tiba-tiba aku sadar kalau aku telanjang bulat di hadapan Martin yang masih `berpakaian'. Aku membalikkan tubuhku seraya menutupi buah dadaku. Mendadak aku merasa malu. Apa memang aku terbawa suasana sehingga melakukan tindakan seperti ini tanpa merasa malu sedikit pun? Bahkan aku mungkin akan membiarkan Martin menyetubuhi aku bila keadaan tadi dibiarkan. Wah, akal sehatku mulai terganggu nih!
Kemudian Martin memelukku dari belakang dan menciumi leher dan belakang telingaku. Aku jadi mulai terangsang lagi. Habis ciumannya benar-benar luar biasa! Begitu lembut dan menggairahkan. Dia menjilati punggungku dari atas sampai bawah. Bahkan kedua pantatkupun dijilati olehnya. Aku makin terangsang ketika tangannya menyusup ke balik tanganku dan memegang kedua payudaraku. Aku merasakan kenikmatan yang menghanyutkan. Ciuman dan remasan pada buah dadaku membuat diriku melayang-layang.
Martin ingin membuatku orgasme rupanya! Dia meraba-raba dan menggelitik vaginaku dengan pola gerakan yang aneh namun menghanyutkan. Aku merasa geli sampai tubuhku mengejang-ngejang. Dibanding Martin, Andrew kalah jauh. Martin bisa menggelitik vaginaku sambil mulutnya menciumi puting susuku bergantian. Benar-benar luar biasa!
Lalu Martin minta ijin mencium vaginaku. Tentu saja aku mengijinkan dengan senang hati. Aku duduk di atas wastafel dan kubuka kakiku lebar-lebar. Martin tampak kagum melihat posisiku saat ini. Matanya bersinar-sinar nakal. Dia melihati aku terus menerus dari atas ke bawah sampai aku merasa risih. Aku berpura-pura mengatupkan kakiku dan menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Dengan cepat Martin mencegah dan mulai mendekatkan mulutnya pada vaginaku. Hatiku berdebar-debar menantikan serangannya. Sedetik kemudian aku melenguh panjang sekali. Martin benar-benar hebat! Sangat hebat! Andrew tidak ada apa-apanya! Lidahnya menari-nari menjelajahi seluruh permukaan kemaluanku disertai kombinasi sedotan mulutnya yang kuat. Berbagai cara oral seks yang pernah kulihat di film BF dipraktekkan pada kemaluanku. Membuat diriku tak berdaya menghadapi serangannya.
Tak lama kemudian aku orgasme. Aku terengah-engah dan menyandarkan diriku pada dinding kamar mandi. Tubuhku lemas sekali rasanya. Martin menggodaku dengan bertanya bagaimana rasanya orgasme. Aku tertegun sejenak mendengar pertanyaannya. Kemudian aku baru sadar kalau Martin tidak tahu aku sering peting dengan Andrew sampai orgasme. Dipikirnya ini pertama kali aku orgasme. Wah, Martin tampak sudah menunggu jawaban yang memuaskan dariku. Agar tidak mengecewakan Martin yang sudah berbangga hati dan berwajah `pongah' di hadapanku, aku memuji-muji kehebatannya dalam memuaskan aku. Hihihi.
Kemudian Martin menggendongku dari meja wastafel. Tak kusangka Martin membawaku masuk ke dalam ruangan lagi! Padahal aku masih telanjang bulat! Aku meronta-ronta minta diturunkan. Namun Martin tetap menggendongku masuk sambil tertawa-tawa. Sialan Martin! Ada Sandy dan Ling di dalam. Mereka akan melihatku telanjang! Aku memalingkan wajah dan kusembunyikan di leher Martin. Aku merasa malu sekali! Namun aku juga merasa tegang. Tegang ingin tahu bagaimana reaksi Sandy melihat tubuhku yang telanjang ini.
Martin tertawa menyadari aku menyembunyikan wajah di lehernya. Dia masih menggendongku saat berkata untuk melihat Ling dan Sandy. Aku menengok kearah tempat duduk mereka dan terkejut melihat mereka. Ya ampun, Sandy dan Ling sedang ML di sofa! Meskipun lampu diredupkan, namun aku masih dapat melihat perbuatan mereka. Sandy duduk bertelanjang dada dengan celana sedikit melorot. Sedangkan Ling, dalam keadaan bertelanjang bulat dia menduduki penis Sandy sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun. Ling memejamkan mata sambil mendesah-desah dengan keras. Sandy yang pandangannya ke arah kami tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Ling kemudian menoleh dan tersenyum sekilas pada kami, lalu kembali meneruskan gerakan pinggulnya.
Aku masih takjub melihat mereka yang bertindak seliar itu. Aku tak dapat mencegah mataku untuk melihat mereka terus. Aku belum pernah melihat orang ML secara nyata di hadapanku. Apalagi ini temanku sendiri. Aku jadi makin penasaran bagaimana rasanya kalau penis dimasukkan ke vaginaku. Seenak itukah? Ling tampak merasakan kenikmatan yang luar biasa! Ling bahkan tidak merasa malu dilihat oleh kami sedang bersenggama.
Beberapa saat kemudian kudengar Ling orgasme dan disusul oleh Sandy. Aku lihat Ling lemas dan ambruk di pangkuan Sandy. Sandy pun juga merasa lemas dan goyangannya melambat kemudian terhenti sama sekali. Mereka berpelukan dan saling menggoda. Lalu tertawa cekikikan dan berciuman panjang. Mereka terlihat bahagiaaa... sekali. Membuat aku makin penasaran.
Martin menurunkan aku di sofa kemudian memberikan T-shirtnya untuk kupakai. Aku memakai T-shirtnya tanpa menggunakan bra dan celana dalamku. Aku pikir supaya mudah bila Martin ingin peting lagi. Lalu dia memberiku segelas kratingdaeng dingin. Badanku terasa segar saat minuman dingin itu membasahi tenggorokanku. Kemudian badanku sudah kembali bersemangat. Bahkan jauh lebih bersemangat dari yang tadi. Aku rasa aku mulai on. Martin mengajakku bangkit dan mulai goyang bersama. Martin sudah mulai tampak kencang. Aku pun juga mulai kencang. Lagu-lagu house music koleksi Sandy benar-benar hebat dan lengkap. Bahkan lagu terbaru favoritku I Hide U juga dimilikinya!
Ruangan yang semula sangat dingin berubah jadi panas. Meski aku berdiri tepat di bawah AC, aku tetap merasa kepanasan. Keningku mulai berpeluh. Aku rasa aku lebih kencang dari biasanya. Aku menggoyangkan kepala dan tubuhku sekeras mungkin sampai Martin takut aku salah urat. Mungkin benar mitos yang beredar bahwa triping jadi lebih enak setelah orgasme.
Kemudian Ling dan Sandy menyusul kami. Ling masih belum mengenakan pakaiannya sama sekali. Alasannya karena panas. Sandy dan Martin tertawa mengejek dan menggoda Ling. Sebab menurut mereka kalau hanya mereka bertiga biasanya Ling memang suka striptease. Aku agak salah tingkah ketika Sandy melihati tubuhku dengan pandangan nakal. Ada perasaan senang berdesir di hati saat Sandy memuji kecantikan wajahku dan keindahan tubuhku. Martin rupanya segera tanggap dan mengajak Sandy bertukar tempat.
Kini Sandy berada tepat di hadapanku. Aku agak sungkan karena belum pernah berpasangan dengan Sandy. Aku tersenyum semanis mungkin padanya untuk menghilangkan kekakuan. Lalu dia bertepuk tangan menyemangatiku agar aku menari semakin hot. Secara tak sadar aku menaikkan kedua tanganku dan memejamkan mata. Begitu mataku terbuka, aku sadar kalau Sandy sedang berjongkok di hadapanku sambil melihati kemaluanku yang tidak tertutup apa-apa. Rupanya T-shirt Martin terangkat ketika aku mengangkat kedua tanganku.
Aku menjerit gemas melihat tingkahnya dan mulai mengejarnya. Sandy bangkit menghindari seranganku sambil tertawa-tawa. Suasana jadi cair seketika. Lalu Sandy memelukku agar aku tenang dan menghentikan seranganku padanya. Ternyata itu hanya akal-akalannya. Setelah aku sedikit tenang dalam pelukannya, Sandy meremas pantatku yang telanjang sampai aku menjerit lagi. Sialan benar! Sandy memang suka melecehkan aku. Habis aku digodanya malam itu. Aku memeluknya dengan sayang dan mencium kedua pipinya.
Aku masih agak sungkan pada Martin dan Ling kalau aku terlalu mesra pada Sandy. Bagaimana pun juga Sandy biasanya selalu bersama Ling, sedangkan Martin bersamaku. Namun begitu aku tahu Ling dan Martin malah sudah berciuman dan saling meremas-remas, aku jadi tidak merasa risih lagi. Aku jadi tidak berpikir apa-apa. Sambil triping, kupeluk tubuh Sandy dan kuciumi leher, pipi dan bibirnya. Sandy membalas sambil memelukku dengan mesra. Malam itu partner tripingku adalah Sandy.
Sempat kulihat Martin dan Ling masuk ke kamar mandi. Aku tahu mereka pasti melakukan `itu' di dalam. Namun aku tidak merasa cemburu. Bahkan aku sempat berpikir toh aku beruntung tidak perlu memuaskan Martin yang berarti kehilangan keperawananku. Egois juga aku ya?
Malam itu kami triping sampai jam 6 pagi. Aku habis dua setengah tablet inex plus beberapa shoot minuman. Ling teler berat di sofa. Dia minum terlalu banyak sampai badannya panas dan wajahnya merah. Sedangkan Martin masih sibuk menghabiskan minumannya sambil mengoceh tak karuan. Aku membantu Sandy mengenakan pakaian Ling yang tercecer di mana-mana. Sandy terlihat paling sadar di antara kami. Dia memang tidak terlalu suka minum. Akhirnya tinggal aku dan Sandy yang tidak bisa tidur sampai jam sepuluh pagi. Kami tidur-tiduran di kamar Sandy sambil ngobrol sampai akhirnya terlelap.
Itu terakhir kali aku triping sampai aku menulis cerita ini. Sungguh suatu perubahan baru dalam hidupku. Perubahan yang sangat mendadak. Rasanya sebulan yang lalu aku masih belum mengenal narkoba. Saat aku menulis ini, aku sudah triping kira-kira lima belas kali. Benar kata Ling, kita bukannya ketagihan inex seperti yang ditakutkan, namun ketagihan perasaan senang seperti itu lagi. Kesenangan saat berpesta bersama teman-teman dalam VIP room. Melihat tingkah laku teman-teman Ling yang lucu-lucu.
Perubahan yang paling menyolok adalah, aku jadi suka mengoleksi lagu-lagu house music. Beberapa kali aku ke pasar atom untuk berburu koleksi CD house music terbaru. Mamaku sempat bertanya, namun kuberi alasan untuk latihan aerobicku. Jadi mama tidak curiga lagi. Gaya berpakaianku juga berubah jadi makin modis dan seksi. Soalnya malu dong kalau ke KW diskotik menggunakan busana yang `biasa-biasa' saja. Di sana tempat berkumpulnya anak muda Surabaya yang keren-keren. Kalau aku tidak tampil super trendy, bisa kalah pamor dong.
Saat ini aku masih senang-senangnya. Dalam seminggu aku bisa tiga sampai empat kali ke diskotik. Ada tiga tempat favoritku. Hari Sabtu pasti di KW diskotik, hari Minggu siang BO diskotik, kemudian K diskotik untuk hari-hari biasa.
Aku dan Ling tidak selalu triping bersama kelompok Sandy. Kadang kami ke KW diskotik bersama teman-teman sekolah Ling. Tapi tidak di VIP room. Melainkan di Hall berbaur bersama pengunjung lain yang rata-rata masih ABG. Ramai sekali memang. Tapi asyik. Kalau pas lagunya enak, semua akan mengangkat tangan dan berteriak bersama. Lalu goyang lagi. Wih, pokoknya seru habis! Apalagi bisa ngeceng sama cowoq-cowoq keren yang lagi triping. Mereka biasanya suka mengajak kenalan pada ceweq yang goyangnya keras. Dari KW aku jadi punya banyak kenalan baru. Sekarang aku punya banyak teman sehingga tidak kesepian lagi.
Kalau di BO diskotik, kami pergi bersama geng ceweq Ling yang tidak boleh keluar malam. Kami ke sana jam tiga sore, pulangnya jam sembilan malam. Sebenarnya aku kurang senang di sana meski pengunjungnya kebanyakan seusiaku. Soalnya tempatnya terlalu kecil dan kamar mandinya jorok.
K diskotik adalah tempat favorit kelompok Sandy. Kalau di K diskotik, aku malas berbaur dengan pengunjung lain. Sebab yang ke sana rata-rata sudah dewasa. Bahkan ada yang sudah agak tua! Paling-paling aku hanya triping di dalam VIP room dan tidak ke mana-mana. Sebab aku pernah bertemu teman papaku di sana waktu aku jalan-jalan ke Hallnya. Untung dia tidak melihatku. Kalau papaku tahu aku di sana bisa gawat! Malah Martin dengan santainya nyeletuk, bisa-bisa papaku juga sedang bersenang-senang di sana. Waduh, itu lebih gawat lagi!
Ling berjanji akan mengajakku ke Jakarta saat liburan akhir tahun ini. Aku akan diajak ke M diskotik. Diskotik paling ngetop di Jakarta. Aku pasti kagum melihat cowoq-cowoq keren di sana. Ling sudah pernah kesana sekali saat menghadiri pesta pernikahan temannya. Dan dia benar-benar tidak bisa melupakan kehebatannya. Baik kehebatan suasananya, kemegahannya, audionya maupun pengunjungnya. Jadi, bikin penasaran saja.
Yang agak kusesali, aku jadi suka membohongi orang tuaku untuk pergi ketempat-tempat dugem. Selama ini aku selalu memberi alasan menginap di rumah Ling. Aku tak tahu apakah bisa terus berbohong seperti ini. Jujur saja aku sungguh sangaaat menikmati `hobi' baruku ini. Namun kadang kala hati kecilku berontak ingin agar aku berhenti atau paling tidak mengurangi. Entahlah kita lihat saja kelanjutannya.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Cerita Dewasa /
Cerita Seks
dengan judul Cerita Dewasa - My Story. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://belajartrikjitu.blogspot.com/2011/12/cerita-dewasa-my-story.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Monday, 5 December 2011
Belum ada komentar untuk "Cerita Dewasa - My Story"
Post a Comment